ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
(PEMBANGUNAN DI BIDANG SOSIAL BUDAYA)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Disiplin administrasi
pembangunan yang berinduk pada administrasi negara merupakan disiplin ilmu
terapan, artinya suatu ilmu tersebut akan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari untuk menjadi instrumen ataupun alat manusia dalam memecahkan
masalah, termasuk permasalahan pembangunan yang dibutuhkan semua bangsa dan
negara di dunia ini termasuk bangsa Indonesia. Di zaman modern dan mengglobal
sudah menjadi lumrah bahwa kehidupan manusia semakin cepat dan kompleks akibat
perkembangan teknologi, dunia terasa kecil orang-orang bisa berkommunikasi
antar benua, terus banyak budaya asing yang masuk dan bercampur baur dengan
kebudayaan bangsa indonesia yang menyebabkan akulturasi,kehidupan sosial jadi
semakin kompleks dan banyak perubaha baik perubahan ke arah yang positif dan
kearah negatif, sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan sjarah daerah sudah
sewajibnya kita sebagai warga bangsa indonesia menjaga dan melestarikan bangsa
sebagai warisan dan ciri khas nasional maupun di mata internasional.selain
pembangunan di bidang ekonomi,pertahanan dan keamanan sosial budaya juga
merupaka pembangunan yang tidak kalah penting,apabila itu diabaikan idonesia
akan kehilangna identitas,indonesia kehilangan jati diri,jangan sampai itu
terjadi. Administrasi pembangunan disiplin ilmu yang akan dijadikan instrumen
pengaplikasian pembangunan dibidang sosial dan budaya, dan pembangunan yang
lainnya hendak nya benar-benar diaplikasikan dan dipahami sebagai alat untuk mencapai
cita-cita bangsa ini.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengertian pembangunan di bidang sosial dan budaya dan seperti
apa pembanguan sosial budaya itu sendiri
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan untuk mengetahui
dan memahami arti dan esensi pembangunan d bidang sosial dan budaya
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari
pembuatan tugas ini adalah memperkaya pemahaman tentang bagaimana
pembanguanan sosial dan budaya itu di implementasikan.
1.5. Metode Penulisan
Metode penulisan dilakukan dengan
kajian kepustakaan atas jurnal-jurnal terkait dan buku teks Perilaku
Organisasional dan sumber–sumber artikel ataupun bacaan dari media sosial seperti
internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dimulai
dengan Bab I Pendahuluan berisi Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika. Bab II. Pembahasan
terdiri apa itu
pembangunan di bidang sosial dan budaya itu sendiri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
2.1.1. Pengertian Administrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu bangsa dan
negara untuk bertumbuh, berkembang dan berubah secara sadar dan terencana dalam
semua segi kehidupan dan penghidupan negara dan bangsa yang bersangkutan dalam
rangka pencapaian tujuan akhirnya. Membicarakan pembangunan, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan karena pembangunan itu sendiri mencakup berbagai bidang
kehidupan dan penghidupan manusia mulai dari sosial dan budaya, politik,
ekonomi, dan sebagainya. Pembangunan sosial budaya sebagai salah satu
pembangunan yang penting, karena di dalamnya terdapat internalisasi nilai-nilai
yang dapat dijadikan dasar pembangunan pada bidang lainnya.
2.1.2. Pengertian Pembangunan Di Bidang Sosial Dan
Budaya
Siagian (1994) memberikan pengertian
tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara
dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”.
Menurut Enda (2010), sosial adalah
cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan. Sedangkan menurut
Daryanto (1998), sosial merupakan sesuatu yang menyangkut aspek hidup
masyarakat. Namun jika di lihat dari asal katanya, sosial berasal dari kata ”socius”
yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
secara bersama-sama.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari Indonesia.buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Jadi budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi dan merupakan sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia. Kebudayaan
merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang perwujudannya tampak pada
tingkah laku para anggotanya. kebudayaan tercipta oleh banyak faktor organ
biologis manusia, lingkungan alam, lingkungan sejarah, dan lingkungan
psikologisnya. Masyarakat Budaya membentuk pola budaya sekitar satu atau
beberapa fokus budaya. Fokus budaya dapat berupa nilai misalnya keagamaan, ekonomi,
ideologi dan sebagainya
Jadi
pembangunan sosial budaya sebagai suatu proses perubahan sosial budaya terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan saling melengkapi proses
pembangunan ekonomi.
2.2. Beberapa Aspek Utama Pembangunan Sosial Dan
Budaya
a)
Bahasa
b)
Adat istiadat dan tradisi
c)
Persepsi tentang kekuasaan
d)
Hubungan dengan alam
e)
Lucos of control
f)
Pandangan tentang peranan wanita
g)
Sistem keluarga besar(extended family sistem)
- Bahasa (Sebagai Indentitas Bangsa)
Dapat dinyatakan secara aksiomatik bahwa bahasa merupakan aspek sosial dan budaya yang mutlak
perlu untuk dikembangkan dan dilestarikan.dikatakan demikian karena perannya
yang penting sebagai salah satu alat pemersatu bangsa, disamping peranannya
dalam proses komunikasi dan sekaligus sebagai indentitas bangsa yang
besangkutan. Dalam kaitan ini perlu ditambahkan bahwa dalam masyarakat mejemuk,
bahasa dapat dikategorikan sebagai
bahasa nasional disamping adanya bahasa–bahasa
daerah. Bahasa nasional harus dimasyarakatkan sedemikian rupa sehingga semua
warga negara menguasainya dan dapat berkomunikasi dalam bahasa nasional
tersebut. Berbagai bahasa daerah harus dipandang sebagai kekayaan nasional dan oleh karenanya
harus pula dilestarikan. Tidak sulit untuk menemukan bangsa yang persatuannya
kukuh antara lain karena adanya bahasa nasional.sebaliknya tidak sedikit negara
bangsa yang pertikaian dan sosial karena tidak adanya bahasa nasional
dan karena upaya yang tidak ada ujung pangkalnya dari berbagai suku atau ras
dimsyarakat yang inggin agar bahasa mereka diterima sebagai bahasa nasional.
Dengan demikian, disamping
pelestarian bahasa nasional. Pengembangannyapun sangat penting, pengembangan
tersebut dapat dalam bentuk meminjam konsep dan istilah-istilah dari sumber
lain. Termasuk bahasa daerah dan bahasa
asing. Baik lisan maupun tulisan, yang efektif untuk keperluan komunikasi
politik, bisnis, militer, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu
saja untuk percakapan sehari-hari. Suatu catatan yang kiranya perlu ditambahkan
ialah bahwa dalam era globalisasi seperti sekarang ini dan masa-masa yang akan datang, disamping
penguasaan bahasa nasional yang terus berkembang sebagai bahasa ibu, perhatian
perlu pula diberikan kepada penguasaan bahasa asing tertentu seperti bahasa
inggris. Paling sedikit untuk kelompok-kelompok
tertentu di masyarakat seperti politisi, para diplomat, birokrat senior,
masyarakat dunia usaha, para akademisi yang karena jabatan, kedudukan, fungsi
dan aktivitasnya sering berinteraksi
dengan orang-orang asing. Penguasaan paling sedikit bahasa inggris oleh
kelompok-kelompok tersebut mutlak perlu
karena dalam penyelenggaraan tugasnya pasti sering berinteraksi dengan
orang asing yang menjadi mitra kerja. Dengan pandangan demikian, kiranya tidak
dapat disangkal bahwa penggunaan dibidang sosial dan budaya harus mencangkup
pengembangan dan pelestarian bahasa.
b.
Adat istiadat dan
tradisi
Dapat dikatakan bahwa keseluruhan adat istiadat
dan tradisi suatu masyarakat merupakan bagian penting dari budaya masyarakat
bersangkutan. Pada dasarnya budaya suatu bangsa merupakan persepsi bersama
tentang tata cara berperilaku dalam masyarakat tersebut. Dalam masyarakat
manapun, budaya berfungsi antara lain sebagai berikut.
1.
Menentukan batas-batas keperilakuan dalam
kehidupan bermasyarakat karena budaya mengatur apa yang baik dan tidak baik,
benar atau salah, pantas dan tidak pantas, boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan, dan hal-hal sejenis seperti itu. Tentu saja hanya masyarakat yang
bersangkutan lah yang harus menentukan
bagi dirinya sendiri pengaturan
tersebut.
2.
Pemeliharaan stabilitas sosial. Fungsi pertama
yang telah disinggung diatas jelas menunjukan bahwa setiap warga masyarakat
dituntut untuk melakukan berbagai penyesuaian sehingga mencerminkan nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat sebagai keseluruhan. Dengan demikian, dapat dicegah
timbulnya konflik antara seorang anggota masyarakat dengan anggota masyarakat
lain, jika timbul bisa diselesaikan dengan cara yang telah disepakati bersama
3.
Pendorong interaksi positif dan harmonis, sebagai
makhluk sosial manusia pasti
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, bentuk-bentuk berinteraksi pun
beraneka ragam, tergantung pada manfaat dan kepentingannya, seperti untuk
kepentingan politik, ekonomi, bisnis, serimonial, penyampaian informasi atau
untuk kepentingan nonformal lainnya.
4.
Mekanisme pengendalian perilaku warga
masyarakat, istiadat dan tradisi yang berlaku dalam suatu masyarakat juga
berperan sebagai mekanisme dalam mengendalikan perilaku para anggotanya, baik
di lingkungan masyarakat yang bersangkutan sendiri maupun dengan pihak yang
lain. Seperti tata cara upacara pernikahan, tata cara pemakaman warga yang
meninggal, menghormati orang yang lebih tua atau dituakan, cara memberikan
sesuatu, dan sebagainya. Seorang warga masyarakat akan diterima sebagai warga
yang terhormat apabila yang bersangkutan mampu melakukan penyesuaian tersebut
C. Persepsi tentang
kekuasaan
Dalam organisasi apapun, termasuk di dalam
negara, terdapat sekelompok orang yang memiliki kekuasaan tertentu. Sumber
kekuasaan itupun dapat beraneka ragam seperti karena merupakan anggota dinasti
yang memerintah suatu kerajaan. Kekuasaan dapat didapatkan karena dipilih untuk
menduduki jabatan kepemimpinan, karena wibawa pribadi, atau karena memiliki
pengetahuan dan informasi yang tidak dimiliki orang lain. Pada umumnya, orang
dalam organisasi mengakui kekuasaan orang-orang tertentu, karena ia bisa
melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain. Hal-hal tersebut diantaranya
mengalokasikan dana dan daya, memberikan penghargaan, memberikan imbalan, dan
mengenakan sanksi disiplin organisasi. Biasanya masyarakat mempunyai persepsi
yang berbeda-beda tentang kekuasaan yang dalam bentuk yang ekstrimnya tercermin
pada dua kutub, pada satu kutub masyarakat memandang jarak kekuasaan antara
penguasa dan yang dikuasai sebagai hal yang wajar dan normal. Dalam praktek hal
itu berarti bahwa semakin tinggi kedudukan dan jabatan seseorang, semakin jauh
pula jaraknya dari orang-orang yang dikuasainya. Hal ini terlihat dalam bentuk
piramida. Sistem stratifikasi sosial di dalamnya terlihat sangat jelas dan
nyata.
D. Hubungan
dengan alam
Sebagai
unsur sosial budaya, pandangan suatu masyarakat tentang hubungannya dengan alam
perlu pemahaman yang tepat karena mempunyai kaitan dengan gaya hidup. Para
pakar mengatakan terdapat tiga jenis pandangan mengenai hal ini, yaitu manusia
menguasai alam, manusia dikuasai oleh alam, dan manusia harus memelihara
hubungan yang serasi dengan alam.
Jika suatu
masyarakat menganut pandangan bahwa manusia menguasai alam, yang sering terjadi
ialah bahwa dengan segala kekayaan yang terkandung didalamnya dieksploitasi dan
dimanfaatkan demi kenikmatan hidup manusia. Masyarakat yang menganut paham
demikian sering dihinggapi oleh “penyakit” materialisme dan hedonisme karena
antaralain menempatkan perolehan dan penguasaan makin banyak kekayaan sebagai
ukuran keberhasilan seseorang. Para warga masyarakat mengatakan “nikmatilah
hari ini dan biarlah hari esok mengurus dirinya sendiri”.
Masyarakat
yang menganut pandangan bahwa manusia dikuasai oleh alam pada dasarnya
berpendapat bahwa bumi ini hanyalah suatu mikrokosmos dan merupakan bagian dari
makrokosmos, yaitu semesta alam dengan segala isinya. Dalam masyarakat itu
biasanya meluas filsafat “predeterminisme” yang berangkat dari pandangan adanya
kekuatan maha dahsyat yang menguasai alam semesta. Kaum agamis menyebutkan
dengan “Tuhan Yang Maha Kuasa”, dan manusia harus taat sepenuhnya kepada kekuasaan
tersebut.
Pandangan
ketiga yaitu, manusia harus memelihara hubungan yang serasi dengan alam, dapat
dikatakan sebagai penggabungan ide pokok yang terdapat pada pandangan pertama
dan kedua yang telah disinggung diatas. Artinya, meskipun manusia boleh memanfaatkan
alam dan berbagai kekayaan yang terkandung didalamnya demi kesejahteraan umat
manusia, akan tetapi jangan hendaknya dalam pemanfaatan tersebut alam dirusak.
Bahkan terdapat pandangan ynag mengatakan bahwa jika manusia tidak mampu
memelihara hubungan yang serasi dengan alam dan merusaknya, misalnya, alam
mempunyai cara sendiri untu “balas dendam”.
E. Pandangan
tentang peranan wanita
Pengakuan atas persamaan kaum pria
dan wanita dalam kehiduoan bermasyarakat merupakan fenomena sosial yang relatif
baru. Di kebanyakan masyarakat, emansipasi wanita bahkan belum terjadi.
Pandangan tradisional yang sangat prevalen menempatkan kaum wanita pada posisi
“warga negara kelas dua” dengan peranan yang sudah jelas, yaitu “tinggal di
rumah, mengurus rumah tangga, melayani suami dan membesarkan anak-anak”. Di
lingkungan masyarakat modern pandangan telah banyak berubah, antaralain karena
sekitar 50% umat manusia terdiri dari wanita, gerakan emansipasi yang
dipelopori oleh kaum wanita sendiri dan karena terbukanya akses bagi kaum
wanita untuk menikmati pendidikan formal sampai ke strata yang paling tinggi
sekalipun. Akibatnya, dalam semua segi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, makin banyak wanita yang memainkan peranan yang semakin penting dan
menduduki semua eselon jabatan pimpinan hingga yang tertinggi. Dalam dunia
politik, misalnya, dunia mengenal wanita yang menjadi presiden, perdana
menteri, duta besar dan para pejabat senior dalam lingkungan birokrasi
pemerintahan. Banyak perusahaan yang sudah memperlakukan wanita sama dengan
kaum pria, termasuk dalam promosi menduduki jabatan manajerial yang paling
senior sekalipun. Perkembangan serupa terlihat dalam organisasi sosial,
organisasi nirlaba, organisasi keagamaan, lembaga-lembaga pendidikan, dan berbagai
profesi. Kiranya tepat bila dikatakan bahwa perkembangan demikian harus
disambut dengan gembira.
Sistem
“keluarga besar”
Seperti
telah diketahui, dalam berbagai masyarakat dikenal dua tipe “keluarga” yaitu
“nucleus family sistem” dan “extented family sistem”. Dalam sistem keluarga
inti (nucleus family sistem) suatu keluarga hanya terdiri dari suami, istri,
dan anak-anaknya termasuk anak biologis dan anak angkat. Dalam sistem demikian,
ikatan kekeluargaan “sangat ketat” dalam arti bahwa seorang kepala keluarga
hanya merasa bertanggungjawab atas kesejahteraan para anggota keluarga
langsungnya saja. Sebaliknya, dalam sistem “keluarga besar” (extented family sistem)
tanggungjawab seorang pencari nafkah utama tidak hanya memikirkan kesejahteraaa
istri dan anak-anaknya, melainkan juga sanak saudara dekat lainnya.
Sistem
keluarga ini perlu dikenali karena dapat menimbulkan berbagai implikasi negatif
dalam kehidupan bermasyarakat seperti primordialisme, nepotisme, kronisme.
Ketiga hal tersebut menjadi masalah karena orang-orang yang berkuasa cenderung
mengesampingkan kriteria-kriteria objektif dalam memperlakukan orang-orang yang
dekat padanya dan memberikan berbagai kemudahan yang memungkinkan mereka
mendapat perlakuan khusus berbeda dengan para warga masyarakat lainnya yang
tidak dekat pada kekuasaan.
Pemahaman
yang tepat terhadap berbagai implikasi faktor-faktor diatas penting untuk
menentukan strategi pembangunan bidang sosial budaya dengan tepat. Selain itu,
pemahaman tersebut menjadi penting apabila dikaitkan dengan kategorisasi
anggota warga masyarakat.
Pembangunan aspek tersebut karena
berorientasi pada masyarakat maka harus dikategorisasikan dalam tiga kelompok
golongan masyarakat yaitu golongan tradisional, golongan modernis dan golongan ambivalen.
Pemahaman yang tepat terhadap berbagai
implikasi faktor-faktor diatas penting untuk menemukan strategi pembangunan di
bidang sosial dan budaya dengan tepat.selain itu stersebut menjadi penting bila
dikaitkan dengan kategorisasi anggota masyarakat seperti berikut ini
Pembangunan bidang sosial budaya merupakan hal yang tidak
mudah karena menyangkut antara lain filsafat hidup, pandangan hidup, persepsi,
cara berpikir, sistem nilai, dan orientasi para warga masyarakat. Disini
terdapat kategorisasi berbagai golongan masyarakat, yaitu :
· Golongan
tradisionalis
Ciri pokok dari golongan ini yaitu sebgai berikut:
a. Mereka cenderung menolak proses modernisasi
karena adanya persepsi bahwa modernisasi identik dengan “westernisasi”.
b. Ciri kedua dari golongan tradisonalis menyangkut orientasi
waktu, yaitu berorientasi ke masalalu.
c. Ciri yang ketiga yaitu, karena
tingkat pendidikan yang pada umumnya masih rendah dan mungkin pula karena
pengalaman dimasa penjajahan, kelompok ini sering menampilkan sikap rendah diri
terutama bila berhadapan dengan bangsa lain yang lebih maju, terutama
orang-orang barat.
d. Ciri keempat golongan tradisionalis
ialah adanya stratifikasi sosial diterima sebagai suatu hal yang wajar.
e. Kecenderungan kuat menolak
perubahan.
f. Ikatan kekeluargaan yang masih
sangat kuat.
· Golongan
modernis
Pada umumnya para anggota masyarakat
yang termasuk golongan ini ialah mereka yang telah memperoleh pendidikan,
terutama pendidikan tinggi, baik didalam maupun diluar negeri. Kedudukan mereka
dalam masyarakat biasanya adalah selaku tenaga professional , termasuk jabatan
manajerial tingkat madya.
Ciri pokok golongan ini antaralain :
a. Memiliki wawasan luas yang
menyangkut tata kehidupan modern.
b. Ciri
kedua dari golongan ini ialah orientasi waktunya, yaitu masa depan.
c. Kesediaan memainkan peranan
selaku pelopor dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
d. Ciri keempat, bahwa kelompok modernis
sering diliputi oleh perasaan ketidaksabaran, bukan hanya dalam menilai situasi
dalam masyarakat akan tetapi juga dalam menjalankan kepeloporannya.
Meskipun para modernis tidak luput
dari kelemahan, kiranya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah apabila
dikatakan bahwa salah satu sasaran pembangunan sosial budaya ialah memperbanyak
jumlah anggota masyarakat modernis.
Golongan ambivalen
Sesungguhnya
keberadaan golongan ini tidak diinginkan dalam suatu masyarakat. Dikatakan
demikian karena keseluruhan cirri-cirinya menunjukkan sifat yang oportunistik
dan bahkan menjadi parasit di masyarakat. Tindakannya salalu didasarkan pada
untung rugi bagi diri sendiri. Tiga ciri yang sangat menonjol ialah sabagai
berikut :
a. Orientasi waktu kelompok ini adalah masa sekarang.
b. Bagi kelompok ini
tampaknya berlaku “rumus” bahwa suatu perubahan yang dipelopori oleh pihak
lain, seperti kaum modernis misalnya, hanya akan diterima apabila dipersepsikan
bahwa perubahan akan “gemerincing dikantongnya”.
c. ciri ketiga ialah, cepatnya mereka
berganti “warna” dari “warna” lama yang tidak menguntungkan menjadi “warna”
yang lebih menjamin kenikmatan sekarang.
Indikator
Keberhasilan di Bidang Sosial dan Budaya
Pembangunan sosial dapat didefinisikan sebagai strategi
kolektif dan terencana guna meningkatkan kualitas hidup manusia melalui
seperangkat kebijakan sosial yang mencakup sektor pendidikan, kesehatan,
perumahan, ketenagakerjaan, jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan.
Istilah pembangunan sosial (social development) sering dipertukarkan
dengan pembangunan manusia (human development) dan pembangunan
kesejahteraan sosial (social welfare development). Secara konseptual,
ketiganya sesungguhnya memiliki arena dan konsentrasi yang relatif berbeda,
meskipun bersinggungan. Bila pembangunan sosial lebih berorientasi pada
peningkatan kualitas hidup manusia dalam arti luas, maka pembangunan manusia
memfokuskan perhatiannya pada peningkatan modal manusia (human capital) yang
diukur melalui dua indikator utama; pendidikan (misalnya angka melek huruf) dan
kesehatan (misalnya angka harapan hidup). Sementara itu, pembangunan
kesejahteraan sosial lebih berorientasi pada peningkatan modal sosial (social
capital) yang dapat dilihat dari indikator keberfungsian sosial (social
functioning) yang mencakup kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan
peran sosial serta menghadapi goncangan dan tekanan kehidupan. Meskipun sasaran
pelayanan pembangunan kesejahteraan sosial mencakup individu dan masyarakat
dari berbagai kelas sosial ekonomi, namun sasaran utama pelayanan pembangunan
sosial pada umumnya adalah mereka yang tergolong kelompok-kelompok kurang
beruntung (disadvantaged groups) yang di Indonesia dikenal dengan nama
Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).
Krisis multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia sejak
tahun 1998 tidak hanya menyangkut aspek ekonomi dan politik, tetapi juga
merambat kepada aspek pembangunan sosial, khususnya pembangunan Kesejahteraan
Sosial. Ternyata, kondisi sosial ekonomi dan politik bangsa Indonesia sangat
rapuh dan rentan terhadap terpaan arus globalisasi. Hal itu menuntut semua
komponen bangsa untuk mengkaji ulang paradigma pembangunan dan tidak terkecuali
paradigma pembangunan Kesejahteraan Sosial. Romanyshyn (1971) menyatakan
istilah “Kesejahteraan Sosial” seringkali diekspresikan secara kabur dan
konsepnya selalu berubah-ubah, yang memiliki konotasi negatif dan positif.
Dalam arti sempit, kesejahteraan sosial diartikan sebagai bantuan finansial dan
pelayanan lain bagi golongan masyarakat yang kurang beruntung.
Banyak arti yang diberikan pada istilah kesejahteraan sosial
(Suharto, 2005). Kesejahteraan sosial seringkali menyentuh, berkaitan, atau
bahkan, selintas, bertumpang-tindih (overlapping) dengan bidang lain
yang umumnya dikategorikan sebagai bidang sosial, misalnya kesehatan,
pendidikan, perumahan, dll. Spicker (1995:5) membantu mempertegas substansi
kesejahteraan sosial dengan menyatakan bahwa welfare (kesejahteraan) dapat
diartikan sebagai “well-being” atau “kondisi sejahtera”. Namun, welfare
juga berarti ‘The provision of social services provided by the state’
dan sebagai ‘Certain types of benefits, especially means-tested social
security, aimed at poor people’.Kesejahteraan menunjuk pada pemberian
pelayanan sosial yang dilakukan oleh Negara atau jenis-jenistunjangan tertentu,
khususnya jaminan sosial yang ditujukan bagi orang miskin. Menurut Howard
Jones(1990), tujuan utama kesejahteraan sosial, yang pertama dan utama, adalah
penanggulangan kemiskinan dalam berbagai manifestasinya. “The achievement of
social welfare means, first and foremost, the alleviation of poverty in its
many manifestations” (Jones, 1990:281). Makna “kemiskinan dalam berbagai
manifestasinya” menekankan bahwa masalah kemiskinan disini tidak hanya menunjuk
pada “kemiskinan fisik”, seperti rendahnya pendapatan (income poverty)
atau rumah tidak layak huni, melainkan pula mencakup berbagai bentuk masalah
sosial lain yang terkait dengannya, seperti anak jalanan, pekerja anak,
perdagangan manusia, pelacuran, pengemis, pekerja migran, termasuk didalamnya
menyangkut masalah kebodohan, keterbelakangan, serta kapasitas dan efektifitas
lembaga-lembaga pelayanan sosial pemerintah dan swasta (LSM, Orsos, institusi
lokal) yang terlibat dalam penanggulangan kemiskinan.
Peran Pendidikan Dalam Pembangunan Sosial
Budaya
Pada dasarnya, bahwa pembangunan sosial
budaya ialah mewujudkan masyarakat bangsa yang modern, setara dengan
bangsa-bangsa lain di dunia dengan tetap mempertahankan jati diri bangsa yang
bersangkutan yang menjadikannya sebagai bangsa yang khas sifatnya. Telah
terlihat pula bahwa pembangunan sosial
budaya menyangkut antara lain kesediaan menerima perubahan dalam berbagai segi
kehidupan dan penghidupan, termasuk cara berpikir, gaya hidup, cara bekerja,
dal sebagainya.
Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa wahana yang paling efektif untuk
menyelenggarakan pembangunan sosial budaya adalah melalui pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya.
Pendidikan
formal
Pendidikan
formal berlangsung secara berjenjang mulai dari taman kanak-kanak hingga
pendidikan tinggi. Para pakar pendidikan mengatakan bahwa pendidikan formal
biasanya berlangsung disekolah dan sasaran utamanya adalah mengalihkan
pengetahuan dari pendidik kepada anak didik. Tetapi banyak aspek lain yang
perlu pula ditanagani melalui pendidikan formal, seperti aspek moral, aspek
etika, hak dan tanggungjawab sebagai warga negara yang baik, cara berpikir
secara rasional, kebneranian mengambil resiko, ketegasan dalam mengambil
keputusan, dan lain sebagainya. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan
formal pada akhirnya harus diabdikan demi kepentingan kemajuan bangsa dan
Negara. Olehkarena itu keseluruhan kegiatan pendidikan formal, baik dalam arti
kegiatan kurikuler maupun ekstrakulikuler sesungguhnya harus dikaitkan dengan
kebutuhan nasional akan sumber daya manusia yang memenuhi tuntutan pembangunan
nasional dengan segala bidang, aspek, dan sektornya. Dengan perkataan lain,
pendidikan lebih dari sekedar pengajaran meskipun pengajaran merupakan bagian
penting dari pendidikan. Keberhasilan kegiatan pendidikan memerlukan dukungan
perangkat keras dan perangkat lunak seperti kurikulum yang tepat, proes
kegiatan belajar mengajar yang efektif, sarana dan prasarana yang memadai,
termasuk peralatan laboratorium, penggunaan teknik-teknik mengajar yang
memepermudah pengaliahn pengetahuan, dan yang terpenting adalah tersedianya
tenaga yang betul-betul menguasai bidang yang diajarkannya.
Pelatihan
sebagai aspek pendidikan formal
Upaya
mencerdaskan bangsa tidak terbatas hanya pada penyelenggaraan pendidikan
formal. Kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah pelatihan yang sangat
beraneka ragam. Pelatihan merupakan upaya untuk mengalihakn keterampilan dari
pelatih kepada para peserta pelatihan. Sering orang berpendapat bahwa pelatihan
hanya diperuntukkan bagi mereka yang ingin menguasai segi-segi teknis suatu
pekerjaan seperti montir dan sejenisnya. Pandangan demikian terlalu sempit.
Pelatihan dapat pula diselenggarakan untuk memberikan kemahiran dan
keterampilan baru bagi semua profesi, jabatan, dan kedudukan. Pelatihan tidak
hanya berupa kegiatan dikelas akan tetapiterdapat dalam bentuk-bentuk lain
seperti seminar, diskusi panel, konferensi, dan lain-lain.
Pemberantasan
buta huruf
Tingkat
pendidikan rata-rata warga masyarakat di negara-negara terbelakang masih
rendah. Dan bahkan tidak sedikit warga negara yang masih buta aksara. Upaya
memberantas buta aksara harus dipandang sebagai bagian dari keseluruhan
pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Siapapun akan mengakui
bahwa kemampuan membaca dan menulis akan memperluas cakrawala pandangan
seseorang. Misalnya, disatu pihak ia dapat menggali sendiri informasi yang
diperlukannya dan di pihak lain yang bersangkutan dapat memberikan informasi
yang dimilikinya dan diperlukan oleh orang lain. Manfaat lain ialah
dimungkinkannya seseorang menambah pengetahuan dan keterampilan yang pada
gilirannya menambah alat yang dapat digunakan untuk memperkaya kehidupannya.
Yang bersangkutan juga akan makin mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga
Negara yang bertanggungjawab.
Perkembangan
Sosial Budaya Indonesia
kemampuan manusia membina hubungan
dengan lingkungannya secara aktif itu telah membuka peluang bagi pengembangan
berbagai bentuk organisasi dan kebudayaan menuju peradaban. Dinamika sosial itu
telah mewujudkan aneka ragam masyarakat dan kebudayaan dunia, baik sebagai
perwujudan adaptasi kelompok sosial terhadap lingkungan setempat maupun karena
kecepatan perkembangannya.
Masyarakat
dan Kebudayaan Indonesia
Dinamika
sosial dan kebudayaan itu, tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia,
walaupun luas spektrum dan kecepatannya berbeda-beda. Demikian pula masyarakat
dan kebudayaan Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau,
walaupun perkembangannya dewasa ini agak tertinggal apabila dibandingkan dengan
perkembangan di negara maju lainnya. Betapapun, masyarakat dan kebudayaan
Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah mengalami kemandegan sebagai
perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap tantangan yang timbul akibat
perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian generasi.
Ada
sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya
masyarakat Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang mmicu perubahan
sosial, Petama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal
factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa
setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor),
seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung
maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada
gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang
harus menata kembali kehidupan mereka .
Betapapun
cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya yang melanda, dan faktor apapun
penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan reaksi pro dan
kontra terhadap masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Besar kecilnya reaksi
pro dan kontra itu dapat mengancam kemapanan dan bahkan dapat pula menimbulkan
disintegrasi sosial terutama dalam masyarakat majemuk dengan multi kultur
seperti Indonesia.
Perkembangan Sosial Budaya Dewasa Ini
Indonesia dewasa ini sedang mengalami masa
pancaroba yang amat dahsyat sebagai akibat tuntutan reformasi secara
menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal pada kegiatan pembangunan
nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat pelaksanaannya. Di
lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan
nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan orientasi baru. Tidaklah
mengherankan apabila masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya
itu seolah-olah mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial,
politik dan kebudayaan dewasa ini.
Penerapan
teknologi maju
Penerapan
teknologi maju untuk mempercepat pebangunan nasional selama 32 tahun yang lalu
telah menuntut pengembangan perangkat nilai budaya, norma sosial disamping
ketrampilan dan keahlian tenagakerja dengn sikap mental yang mendukungnya.
Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya itu memerlukan penanaman modal
yang besar (intensive capital investment); Modal yang besar itu harus dikelola
secara professional (management) agar dapat mendatangkan keuntungan materi
seoptimal mungkin; Karena itu juga memerlukan tenagakerja yang berketrampilan
dan professional dengan orientasi senantiasa mengejar keberhasilan (achievement
orientation).
Tanpa
disadari, kenyataan tersebut, telah memacu perkembangan tatanan sosial di
segenap sektor kehidupan yang pada gilirannya telah menimbulkan berbagai reaksi
pro dan kontra di kalangan masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial budaya
itu, biasanya hanya mereka yang mempunyai berbagai keunggulan sosial-politik,
ekonomi dan teknologi yang akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan bebas.
Akibatnya mereka yang tidak siap akan tergusur dan semakin terpuruk hidupnya,
dan memperlebar serta memperdalam kesenjangan sosial yang pada gilirannya dapat
menimbulkan kecemburuan sosial yang memperbesar potensi konflik sosial.dalam
masyarakat majemuk dengan multi kulturnya.
Keterbatasan
lingkungan (environment scarcity)
Penerapan
teknologi maju yang mahal biayanya cenderung bersifat exploitative dan expansif
dalam pelaksanaannya. Untuk mengejar keuntungan materi seoptimal mungkin,
mesin-mesin berat yang mahal harganya dan biaya perawatannya, mendorong
pengusaha untuk menggunakannya secara intensif tanpa mengenal waktu. Pembabatan
dhutan secara besar-besaran tanpa mengenal waktu siang dan malam, demikian juga
mesin pabrik harus bekerja terus menerus dan mengoah bahan mentah menjadi
barang jadi yang siap di lempar ke pasar. Pemenuhan bahan mentah yang
diperlukan telah menimbulkan tekanan pada lingkungan yang pada gilirannya
mengancam kehidupan penduduk yang dilahirkan, dibesarkan dan mengembangkan
kehidupan di lingkungan yang di exploitasi secara besar-besaran.
Di
samping itu penerapan teknologi maju juga cenderung tidak mengenal batas
lingkungan geografik, sosial dan kebudayaan maupun politik. Di mana ada sumber
daya alam yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan industri yang ditopang
dengan peralatan modern, kesana pula mesin-mesin modern didatangkan dan
digunakan tanpa memperhatikan kearifan lingkungan (ecological wisdom) penduduk
setempat.
Ketimpangan
sosial-budaya antar penduduk pedesaan dan perkotaan ini pada gilirannya juga
menjadi salah satu pemicu perkembangan norma-norma sosial dan nilai-nilai
budaya yang befungsi sebagai pedoman dan kerangka acuan penduduk perdesaan yang
harus nmampu memperluas jaringan sosial secara menguntungkan. Apa yang
seringkali dilupakan orang adalah lumpuhnya pranata sosial lama sehingga
penduduk seolah-olahkehilangan pedoman dalam melakukan kegiatan. Kalaupun
pranata sosial itu masih ada, namun tidak berfungsi lagi dalam menata kehidupan
pendudduk sehari-hari. Seolah-olah terah terjadi kelumpuhan sosial seperti
kasus lumpur panas Sidoarjo, pembalakan liar oleh orang kota, penyitaan kayu tebangan
tanpa alas dan hukum yang jelas, penguasaan lahan oleh mereka yang tidak
berhak.
Kelumpuhan
sosial itu telah menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan dan berlanjut
dengan pertikaian yang disertai kekerasan.
Permasalahan Sosial Budaya Di Indonesia
Bicara
tentang sosial, erat kaitannya dengan masyarakat dan hubungan antar masyarakat.
Hubungan antar masyarakat yang beragam menciptakan suatu kebiasaan yang disebut
juga budaya. Jadi, sosial budaya
membahas tentang fakta-fakta kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi satu
dengan yang lain.
Perkembangan sosial yang membudaya di Indonesia
berbanding lurus dengan zaman yang sedang berkembang. Zaman yang berkembang
dari tahun ke tahun dan teknologi yang kian canggih, mempengaruhi
masyarakat Indonesia dalam bersosialisasi.
Terutama pada zaman globalisasi ini. Globalisasi
sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh
dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat
semenjak lama. Cikal bakal dari
persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah
Eropa Barat (Lucian W. Pye, 1966) ke berbagai tempat di dunia ini
(id.wikipedia.org).Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan
secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi
komunikasi.
Arus globalisasi pasti mempunyai dampak yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam sosial budaya Indonesia.
Beberapa pengaruh globalisasi dalam
sosial budaya di Indonesia, antara lain:
Meningkatnya
individualisme.
Di
era globalisasi ini, kesempatan individu untuk mengatur dan menentukan yang
baik bagi dirinya sendiri sangat terbuka lebar. Hidup perorangan tanpa
memperdulikan lingungan sekitar, nantinya akan merugikan diri sendiri.
Cultur Shock (gegar budaya).
Culture
Shock biasanya ditandai dengan perubahan budaya maupun kebiasaan dalam
masyarakat. Norma masyarakat yang sebelumnya menjadi pedoman bagi seseorang
bertindak perlahan- lahan berubah menjadi longgar. Misalnya kebiasaan
memberikan salam dan mencium tangan pada orang tua sudah pudar di kalangan
generasi muda.
Cultur
Lag (kesenjangan budaya).
Cultur
lag ditandai dengan kebiasaan anggota masyarakat melanggar aturan atau hukum.
Misalnya : Di ruang AC, di bis umum ber-AC walaupun tertulis larangan merokok,
ternyata masih banyak yang merokok.
Pola
Kerja.
Globalisasi
membawa perubahan yang mendalam dalam dunia kerja. Pola perdagangan
internasional yang baru dan cenderung ke arah ekonomi berbasis pengetahuan
mempunyai dampak luar biasa bagi pola kerja. Pekerja tanpa ketrampilan akan
digantikan oleh pekerja yang memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh industri modern.
Kebudayaan Pop.
Karena
globalisasi, image gagasan dan gaya hidup baru menyebar dengan cepat ke seluruh
pelosok dunia. Perdagangan, teknologi informasi baru, dan migrasi global telah
memberi kontribusi besar bagi penyebaran citra, gagasan, dan gaya hidup
baru tersebut melintasi batas- batas negara.
Teknologi Komunikasi yang
Mengglobal di Indonesia
Permasalahan sosial budaya di Indonesia sekarang ini banyak hubungannya dengan
teknologi komunikasi. Teknologi yang kian canggih sangat membantu manusia dalam
memenuhi kepuasannya. Namun jika salah dalam penggunaannya, teknologi bisa jadi
ancaman bagi manusia (dalam hal ini masalah bersosialisasi).
Teknologi yang paling berpengaruh dalam hal bersosialisasi
adalah Handphone dan Internet. Teknologi tersebut memungkinkan kita untuk
bersosialisasi dengan individu lainnya dari jarak jauh. Terutama
yang sedang marak sekarang ini adalah layanan jejaring sosial (social network).
Facebook, twitter, Blackberry Mesenger
adalah sebagian dari layanan social network yangmenjadi trend di indonesia.
Memang dengan adanya layanan tersebut terkadang
bersosialisasi menjadi mudah, membuat yang jauh menjadi dekat tetapi juga
terkadang membuat yang dekat menjadi jauh. Waktu pun tersita banyak dengan
beraktifitas menggunakan social network tersebut, akhirnya interaksi dengan
lingkungan sekitar berkurang dan lama kelamaan menjadi asosial dengan
lingkungan dekatnya sendiri. Permasalahan sosial seperti ini kadang disepelekan
oleh masyarakat Indonesia, sebenarnya berpengaruh besar bagi nilai budaya
Indonesia.
Permasalah sosial lainnya adalah
sikap dan respon masyarakat Indonesia di situs jejaring sosial. Karena dalam
jejaring sosial kita berkomunikasi secara tidak langsung, jadi sulit menerka
maksud dan tujuan dari tulisan seseorang dalam jejaring sosial. Sering terjadi
kesalahpahaman yang nantinya akan bercabang dengan masalah yang lain. Celah itu
pun banyak dilakukan untuk modus kejahatan seperti penipuan dll. Itu lah
beberapa masalah sosial yang terjadi di Indonesia karena teknologi
komunikasi yang salah dalam penggunaannya.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Sosial
dan budaya merupakan dua aspek yang tidak dipisahkan dalam kehidupan
masyarakat,dizaman era globalisasi sekarang ini dimana kecepatan teknologi
membuat informasi bisa dinikmati siapa saja,dimana saja dan kapan saja
,walaupun dibelahan dunia sekalipun.hal tersebut tentunya berdampak pada
kehidupan sosial dan budaya dimana kebudayaan dan kehidupan bangsa lain masuk
kedalam kehidupan bangsa indonesia.maka diperlukan adanya perhatian semua pihak
untuk menjaga kehidupan sosial dan budaya
bangsa ini agar tetap kelak di kemudian hari tetap menjadi indentitas
bangsa yang utuh,maka dari itu selain pembangunan di bidang ekonomi sedang
gencar dilakukan dimana belum lama ini indonesia mengadakan kerjasama dibidang
ekonomi dengan ASEAN COMMUNITY 2015
kerjasama yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sosial berbangsa dan
bernegara,belum lama kita digegerkan oleh kebudayaan khas kita yaitu Batik dan
Reogpenorogo yang diklaim negara lain sebagai kebudayaan bangsanya,terus
masalah kebudayaan barat atau asing mulai menyerbu bangsa ini apalagi
dikalangan penerus bangsa, memang tidak semua kebudayaan asing itu buruk akan
tetapi kita sering kebablasan tidak menyaring dan disesuaikan dengan kebudayaan
luhur bangsa kita ,jika tidak disaring makan tentunya akan menimbulkan masalah
dan masih banyak lagi permsalahan
kebudayaan dan sosial yang ada dalam kehidupan bangsa ini.untuk
mengatasi permasalahan tersebut maka perlunya pembangunan yang terencana dan
terorganisir agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dikemudian hari.
REFRENSI
Pembangunan
bidang sosial budaya, http://kensiwinaraswati.blogspot.com/2013/06/pembangunan-bidang-sosial-budaya.html,15.00
WIB, 20/03/2014.
Arti pembangunan sosial http://sehansnza.blogspot.com/2011/05/pembangunan-sosial-di-indonesia.html,
14.30 WIB, 20/03/2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar