Kamis, 13 Maret 2014

Karl Marx - Perjalanan Hidup



Karl Marx - Perjalanan Hidup
BAGIAN I
Dari Filsafat Ke Politik
Karl Marx lahir di Trier, di Rhineland Prusia, tanggal 5 Mei 1818. Kedua orang tua Marx adalah keturunan Yahudi, tetapi mereka kemudian dibaptis oleh gereja-negara Prusia ketika Marx masih kanak-kanak. Ideologi pencerahan Perancis telah memenangkan basis yang kuat. Rheineland, yang dikuasai oleh Perancis dari tahun 1798 sampai 1815, dan dari ayah serta guru-guru sekolahnya, Marx mendapatkan pendidikan liberal dan humanis. Jerman, negeri di mana Marx tumbuh dewasa, ketika itu adalah negeri yang terbelakang dibanding negeri tetangga Barat lainnya. Mayoritas penduduk negeri itu bekerja di sektor agraris, dan produksi di perkotaan masih didominasi oleh sistem gilda, dan industri modern baru masuk di Rheinland bagian utara. Kota-kota di Jerman hanya sedikit saja pertumbuhannya, atau tidak sama sekali, sejak abad 16, dan jumlah penduduk Jerman pada masa itu hanya separuh dari jumlah penduduk Paris. Keterbelakangan ekonomi itu tercermin dalam struktur-struktur politik Jerman. Jerman pada waktu itu belum pernah mengalami bentuk revolusi borjuis apapun, dan masih terbagi dalam 39 negara bagian, yang umumnya bersifat absolutis, dalam sebuah konfederasi di bawah Aliansi Suci yang terdiri dari Prusia, Austria dan Rusia.
Walaupun terbelakang, sejarah Jerman tidaklah statis. Revolusi Perancis telah memberi inspirasi bagi lahirnya suatu sentimen demokratik yang kuat di antara kaum pengrajin/seniman dan kaum intelektual di kota-kota Jerman. Sentimen ini tidak sepenuhnya hilang setelah mengalami pendudukan Napoleon, dan masih terus hadir untuk memberi inspirasi bagi lahirnya sebuah revolusi kerakyatan. `Perang Pembebasan' di tahun 1813, walaupun dilancarkan di bawah kepemimpinan Prusia, namun mampu membangkitkan antuasisme bagi sebuah Jerman bersatu, yang muncul seiring arus demokratik dan kemudian mendorong terbentuknya komunitas-komunitas rahasia, yang dikenal sebagai Burschenschaften (Asosiasi-Asosiasi Mahasiswa). Walaupun hanya berdiri di universitas-universitas, namun demonstrasi-demonstrasi yang mereka lakukan, khususnya pada Festival Wartburg tahun 1817, telah mengarahkan gerakan demokratik nasional pada satu fokus. Pada tahun 1819, tindakan-tindakan represif dari Dekrit Karlsbad, yang diperintahkan oleh Aliansi Suci, dilancarkan untuk menindas gerakan ini, yang menyala kembali setelah revolusi Juli di Perancis pada tahun 1830 dan mengalami tingkat represi yang baru.
Perkembangan industri, baik tekstil maupun industri berat, berlangsung sangat serius sepanjang tahun 1830-an, yang diuntungkan oleh kemajuan teknologi yang terjadi di Inggris selama 60 tahun sebelumnya. Pembangunan jalur kereta api menyusul dengan pesat pada tahun 1840-an. Zollverin (serikat cukai) Jerman Utara dibentuk di bawah kepemimpinan Prusia pada tahun 1834 untuk mengantisipasi tuntutan borjuis bagi unifikasi (penyatuan) nasional, namun seiring kemajuan perkembangan kaum kapitalis, maka tekanan kaum liberal untuk adanya konstitusi pun semakin berkembang di Prusia, khususnya di Rhineland, yang makin meningkat setelah naiknya Frederick William IV ke tampuk kekuasaan pada tahun 1840. Jumlah penduduk Jerman meningkat 50% antara tahun 1816-1846, meski emigrasi ke Amerika tetap terjadi, dan ini menambah tekanan pada persolan tanah, khususnya di propinsi-propinsi di timur Prusia. Para petani di Jerman Selatan dan Barat pun semakin terjerat dalam hutang.
Di tahun 1840-an, depresi agraria dan perdagangan mulai menyebabkan kegelisahan di perkotaan dan di pedesaan. Dengan demikian faktor ekonomi, politik, dan ideologi mulai terbentuk, yang kemudian akan berpadu dalam jalinan revolusioner tahun 1848. Pengaruh paradoksikal yang muncul sebagai dampak keterbelakangan Jerman mengguratkan tanda pada kehidupan intelektual, satu lingkungan di mana orang Jerman tidak disangsikan lagi kemajuannya. Sejak revolusi Perancis dan seterusnya, filsafat Jerman mengalami perkembangan berlebihan yang istimewa, yang menghasilkan sistem-sistem idealis yang sangat kuat dari Kant, Fichte, Schelling, dan Hegel. Dalam konteks keterbelakangan historis nasional mereka, intelektual Jerman telah dipaksa, sebagaimana dinyatakan oleh Marx, untuk `memikirkan apa yang telah dilakukan orang lain',1) dan paksaan untuk melakukan abstraksi terhadap pemikiran mereka ini menjadikan filsafat Jerman pada periode ini tidak tertandingi dalam cakupan sintesisnya, yang mencapai puncaknya dalam intregrasi sistematis Hegel terhadap ilmu-ilmu alam, logika, dan teori sosial.
Pada tahun 1836, Marx memulai karir perkuliahannya di Bonn, tapi tahun berikutnya ia pindah ke Berlin. Semula Marx ingin belajar hukum, namun kecenderungan teoritiknya segera membawanya ke filsafat. Pada 1831, Hegel wafat di masa jabatannya sebagai profesor di bidang filsafat di Berlin, tetapi sejak pertengahan dekade tersebut, warisan pemikirannya telah mulai diperdebatkan, yaitu ketika kaum Hegelian Muda (Hegelian Kiri) melancarkan serangan pertama terhadap sistem yang kolot dengan menerbitkan karya David Strauss, Life Of Jesus (Kehidupan Yesus).2) Dalam gabungan keterbelakangan ekonomi dan politik Jerman yang istimewa itu dengan perkembangan teorinya yang berlebihan, maka filsafat Hegelian, dengan implikasi-implikasi politiknya yang ambigu dan ketegangan internal dalam sistem dan metodenya, pada dekade berikutnya ternyata menyediakan ruang bagi pertarungan-pertarungan politik yang ketika itu belum dipertarungkan dalam arena perjuangan kelas terbuka.
Kaum `Kanan', yaitu para Hegelian Ortodoks, yang berjuang mempertahankan konvervatisme dengan membela sistematika Hegel, berdasarkan pernyataan/diktum bahwa `hal yang nyata adalah hal yang rasional' menyediakan legimitasi bagi segala yang ada masa itu, khususnya agama Kristen dan Monarki Prusia. Kelompok Hegelian Kiri menggunakan metode Hegel yang dialektik untuk mengkritisi lembaga-lembaga yang ada sebagai tidak rasional, sehingga berarti `tidak riil', yaitu telah hidup lebih lama dari moment sejarahnya, dan sudah waktunya diubah. Dengan demikian, mereka melancarkan kembali pertarungan lama, sekalipun dengan istilah yang lebih canggih, peperangan melawan agama dan absolutisme seperti yang terjadi pada masa Pencerahan Perancis di abad sebelumnya. Kaum Hegelian Muda tidak menolak kebenaran agama atas landasan agama itu sendiri, melainkan mencoba rmenjelaskan dogma agama dalam level yang berbeda dalam realitas, yang contoh utamanya adalah dalam hal etika.
Pada tahun 1841 Ludwig Feuerbach mencapai apa yang bagi Hegelian Muda nampak sebagai suatu `penghapusan' agama secara tegas melalui bukunya The Essence of Christianity (Hakikat Kristianitas),3) di mana ia mentransformasikan idealisme Hegel menjadi humanisme radikal dengan mengganti subjek abstrak dalam Philosopy of Mind (Filsafat Akal)-nya Hegel dengan spesies manusia, dan menjelaskan agama sebagai keterasingan (alienasi) manusia dari kekuasaan atau hakikatnya sendiri, sehingga kemudian ia dikuasai oleh hal-hal yang ia ciptakan sendiri. Di Prusia dan negara bagian Jerman lainnya yang absolutis, agama adalah pijakan awal alami bagi kritik kaum rasionalis karena negara dan tatanan sosial tradisional masih mendirikan legitimasinya di atas basis agama. Tesis doktoral Marx yang diselesaikan pada tahun 1841, dianggap sebagai sebuah karya yang anti agama.4) Marx melakukan pendekatan terhadap politik dengan bantuan dari kawan Hegelian Muda-nya, Bruno Bauer, yang melakukan transisi dari kritik terhadap agama menjadi kritik terhadap politik secara ekspisit dengan bukunya The Christian State (Negara Kristen). Pada tahun 1841 Marx bergabung dengan Bauer di Bonn dan bekerja sama untuk beberapa waktu, sembari berencana menerbitkan sebuah jurnal, yang akhirnya gagal. Selain itu, Marx juga mendekati Bauer untuk mendapatkan posisi sebagai rekan kerja Bauer di universitas tersebut. Namun demikian, beberapa bulan kemudian, karena kegiatan-kegiatan subversifnya, Bauer akhirnya dipecat dari Universitas Bonn, suatu kejadian yang langsung menyirnakan harapan Marx akan sebuah karir akademik. Artikel politik Marx yang pertama diterbitkan di bulan Februari 1842 dalam jurnal Hegelian Muda Anekdota. Mengomentari perihal sensor di Prusia, Marx menunjukan kontradiksi yang melekat pada sistem sensor tersebut, dan mengajukan argumen pembelaan yang liberal dan rasional tentang perlunya kebebasan pers dan kemerdekaan berpendapat bagi publik.5)
Sepanjang tahun 1842 Marx semakin terlibat dalam koran Rheinische Zeitung (Buletin Rhein) dan akhirnya diangkat menjadi editornya. Rheinische Zeitung yang diterbitkan di Cologne, mewakili aliansi singkat antara filsuf-filsuf Hegelian Muda, yang telah mulai condong ke radikalisme, dengan borjuasi liberal, Rhein yang gelisah terhadap kegagalan sang raja baru untuk mengabulkan konstitusi yang telah lama dijanjikan. Dalam Rheinische Zeitung, Marx berkutat dengan persoalan-persoalan politik aktual dalam batas-batas oposisi liberal, karena ketika itu ia masih percaya dimungkinkannya dan perlunya `tugas yang penuh penderitaan dan tanpa pamrih untuk mencapai kemerdekaan politik tahap demi tahap'.6) Ketika bekerja di Rheinische Zeitung -lah Marx, untuk pertama kalinya, bersentuhan dengan ide-ide sosialis dan komunis Perancis, yang menjadi populer di Jerman pada tahun 1842 berkat propaganda Moses Hess7) dan diterbitkannya buku karya Lorenz Van Stein, The Socialism and Comunism of Contemporery France (Sosialisme dan Komunisme Perancis Kontemporer). Akan tetapi, ketika itu sikap Marx terhadap komunisme Perancis masih sangat berhati-hati. Ketika Hess banyak diserang dalam artikel-artikel yang ditulisnya di Rheinische Zeitung, Marx menulis editorial ` Rheinische Zeitung … bahkan tidak dapat menerima realitas teoritik dari ide-ide komunistik dalam bentuknya yang sekarang, dan bahkan berpendapat bahwa realisasinya dalam praktek lebih tidak mungkin lagi.' Namun demikian, Marx menerima bahwa tulisan-tulisan yang dari Leroux, Considérant dan, yang terpenting, karya-karya terobosan Proudhon hanya dapat dikritik setelah studi panjang dan mendalam.8) Yang lebih berperan penting bagi perkembangan Marx adalah bahwa sebagai editor Rheinische Zeitung, ia dipaksa berhadapan secara praktek dengan `persoalan-persoalan sosial'. Sebelumnya Marx mencurahkan perhatiannya hanya pada persoalan politik dan agama, sebuah bidang di mana Marx berhasil menjelaskan berbagai perdebatan antar para pemikir, dalam cara pandang yang idealis, sekedar untuk membenarkan atau menunjukkan kesalahan ide-ide mereka itu. Kini Marx terlibat dalam konflik-konflik berdasarkan kepentingan material untuk pertama kalinya, yaitu dalam kaitannya dengan pelanggaran legislatif Parlemen Rhein9) tentang hak-hak penggunaan kayu, dan tentang pemiskinan petani anggur di Moselle yang diakibatkan oleh Zollverein. Marx mengritik Parlemen Rhein atas undang-undangnya yang kental akan bias kelas, namun ketika itu Marx masih percaya bahwa perdebatan politis dapat menyelesaikan konflik-konflik seperti itu, syaratnya adalah
kebebasan pers dan debat publik.10) Namun, seperti yang kemudian diakui Marx, masalah-masalah yang ditimbulkan oleh isu-isu inilah yang menyebabkan ia berpaling dari arus besar kritisisme filsafat Hegelian Muda dan berpaling pada materialisme historis.11) Penindasan terhadap Rheinische Zeitung di bulan Maret 1843 menandai berakhirnya harapan bahwa Prusia dapat mengalami kemajuan melalui monarki konstitusional menuju kebebasan demokratik.
Kaum Hegelian Muda kemudian terpecah menjadi beberapa kecenderungan yang berbeda. Beberapa orang seperti Bruno dan Edgar Bauer, serta Max Stirner, terus berusaha mengembangkan posisi-posisi teoritik yang semakin radikal, namun tetap menjaga jarak aman dari aktivitas politik praktis; yang lainnya, terutama Arnold Ruge,12) Moses Hess, Karl Marx, dan Frederick Engels, mulai mencari cara untuk mengubah `senjata kritik' menjadi `kritik dengan senjata'.13) Untuk tujuan itu Ruge dan Marx meninggalkan Jerman pada tahun 1843 ke Paris, tempat di mana Hess telah menetap. Dan di sanalah mereka merencanakan penerbitan sebuah jurnal, Deutsche-Französische Jahrbücher (Buku Tahunan Perancis-Jerman). Namun Kepindahannya ke Paris bukan hanya dipaksa oleh sensor di Prusia. Sebagai mana tersirat dalam judul jurnal mereka, Marx dan kawankawannya berharap untuk menggabungkan pencapaian filsafat mereka dengan pencapaian teori politik Perancis, sehingga akan sampai pada prinsip-prinsip pemandu bagi sebuah revolusi radikal, yang kini mereka  yakini diperlukan di Jerman. Sepanjang 1843, Marx telah menjadi seorang penganut Feuerbach yang bersemangat, yang telah mengembangkan posisinya sepenuhnya di tahun itu dengan penerbitan karyanya, Provisional Theses for the Reform of Philosophy (Tesis Sementara untuk Reformasi Filsafat). Feuerbach telah mengajarkan bahwa penjelasan agama bahwa Tuhan adalah subjek dan manusia hanyalah predikat hanya memerlukan pembalikan untuk mengungkapkan hubungannya yang sejati. Dalam Provisional Theses, Feuerbach mengajukan bahwa `metode transformatif' ini adalah alat untuk mengritik semua filsafat spekulatif (seperti idealisme Jerman), karena filsafat spekulatif tidaklah lebih dari agama dalam tampilan yang sekuler. Kunci konsep kritis Feuerbach adalah konsep Gattungswessen atau species-being (kemakhlukan, hal-hal yang menyatakan keberadaan satu makhluk), yang digunakannya untuk mengungkapkan totalitas kekuatan kolektif kemanusiaan, dan konsep inilah yang berusaha diterapkan oleh Marx, mula-mula terhadap negara politik, kemudian terhadap ekonomi kapitalis yang dimuat dalam dua naskah besar yang ditulis pada tahun 1843 dan 1844.
Marx menulis Critique of Hegel's Doctrine of the State (Kritik terhadap Doktrin Hegel tentang Negara) di musim panas 1843. Ketika itu, Marx baru saja menikah dengan Jenny von Westphalen, yang telah bertunangan dengan Marx selama tujuh tahun, dan tak lama kemudian pindah bersamanya ke Paris. Dalam naskah ini Marx menyerang penyajian Hegel tentang hubungan antara negara dengan masyarakat sipil (yaitu kehidupan ekonomi) sebagai sebuah kasus umum dari filsafat spekulatif. Bagi Hegel, masyarakat sipil adalah wilayah bagi kebutuhan-kebutuhan material, sedang negara adalah wilayah akal, yang posisinya lebih tinggi, tempat diselesaikannya konflik-konflik material. Marx mendasarkan pendapatnya pada humanisme Feuerbach untuk menjelaskan bahwa masyarakat sipil-lah dan bukan negara_ yang merupakan wilayah kehidupan nyata manusia sebagai suatu `species-being' dan bahwa `akal' yang mengatur negara mewakili hubungan nyata manusia dalam bentuk yang terbalik. Birokrasi negara tidaklah mungkin secara rasional menengahi konflik-konflik kepentingan material, melainkan membebani eksistensi nyata manusia dengan menjadi kekuatan penindas. Dalam kritik ini Marx telah melihat bahwa penyelesaian terhadap
pertentangan antara negara dan masyarakat sipil memerlukan penghancuran negara demi terbentuknya masyarakat sipil. Inilah posisi yang kelak akan diintegrasikan Marx dalam konsepsinya tentang komunisme ilmiah. Akan tetapi dalam tahapan perkembangannya waktu
itu, Marx baru memiliki konsepsi yang samar tentang pertentangan kelas. Ia masih percaya bahwa pemungutan suara secara universal akan mampu menciptakan penghancuran negara penindas, dan pembebasan bagi bagi species-life manusia, namun ia belum mengakui perlunya penghapusan kepemilikan pribadi _yaitu komunisme_ sebagai syarat dasar bagi pembebasan ini. Namun demikian, doktrin Feuerbach tentang species-being dengan mudah mengarah ke komunisme, dan Marx pun segera mengambil langkah ini sebagai kelanjutannya. Beralihnya Marx ke komunisme terjadi segera setelah ia pindah ke Paris di mana ia belajar dari tangan pertama tentang tendensi-tendensi (aliran politik yang masih berbentuk pemikiran) sosialis dan komunis, dan terlibat dalam diskusi-diskusi dengan kaum militan dari
gerakan buruh Perancis.
Dalam buruh-buruh Perancis yang sadar kelas ini Marx menemukan penyelesaian untuk masalah-masalah yang telah ia telaah dalam Critique of Hegel's Doctrin of the State, dan penyebutan istilah proletariat untuk pertama kalinya dalam Pendahuluan terhadap Critique, yang masih dalam perencanaan penerbitan, yang diterbitkan dalam The Deutsche-Französische Jahrbücher. Di sini Marx berargumen bahwa satu-satunya kelas yang dapat melaksanakan revolusi radikal di Jerman (yaitu, kelas yang akan mewujudkan tujuan-tujuan filsafat humanis Feuerbach) adalah, “Kelas dengan rantai-rantai radikal, sebuah kelas dalam masyarakat sipil yang bukan merupakan sebuah kelas dari masyarakat sipil, sebuah kelas yang memiliki karakter universal karena penderitaannya universal, yang tidak menuntut perbaikan yang khusus karena kesalahan yang dilakukan terhadapnya memang bukan kesalahan khusus, melainkan kesalahan secara keseluruhan. Pemecahan atas masyarakat ini, sebagai suatu kelas tertentu, adalah proletariat”.
Ketika tinggal di Paris selama setahun (1843-1844),  Marx berkembang melampaui rumusan awalnya dalam filsafat Jerman. Ia bukan hanya melanjutkan studinya tentang teori politik Perancis, yang di satu sisi dimaksudkan untuk menuliskan sejarah Konvensi-konvensi Revolusi Perancis, melainkan juga, karena dirangsang oleh kontaknya dengan gerakan proletarian, mulai mempelajari para ahli ekonomi Inggris yang menelaah `batang-tubuh' masyarakat borjuis. Walaupun begitu, dalam naskah awal Marx yang berkutat dengan persoalan-persoalan ekonomi dan komunisme _The Economic and Political Manuscript of 1884_ untuk pertama dan terakhir kalinya, Marx masih berusaha mengintregrasikan materi pokok yang baru ini ke dalam kerangka humanisme a la Feuerbach.
Dalam Naskah-naskah 1884, Marx menerapkan metode kritis Feuerbach terhadap ekonomi politik, mengritik sistem ekonomi borjuis dan para pembelanya karena membalikkan hubungan-hubungan yang sejati antara kerja dan modal. Bukan modal yang menjadi subjek dari proses ekonomi dan kerja sebagai predikatnya melainkan, pada kenyataannya, kerja manusia-lah, aktivitas alami dari species-being manusia, yang direnggangkan atau diasingkan dan diubah menjadi modal yang menindas buruh. Dalam hal ini, komunisme dirumuskan sebagai pengambilalihan kembali kekuatan-kekuatan produktif manusia yang direnggangkan, sehingga menjadi bentuk masyarakat yang sesuai dengan species-being manusia.
Naskah-naskah ini sering dianggap sebagai pertanda sampainya Marx pada tema-tema dasar teorinya yang lebih matang. Tentunya sangat tepat kalau dikatakan bahwa gagasan tentang modal sebagai `kerja yang diasingkan' mempengaruhi telaah Marx yang selanjutnya tentang Surplus Value (Nilai Lebih) dan bahwa Marx, untuk pertama kalinya, secara eksplisit menyatakan dengan bersemangat bahwa komunisme adalah penyelesaian terhadap pertentangan-pertentangan sosial. Namun perkembangan teoritik Marx masih jauh dari pemisahan penuh dengan rumusan-rumusan awalnya. Dalam naskah itu, Marx bukan tidak sepakat dengan kandungan deskriptif teori ekonomi borjuis, melainkan hanya mengritik realitas yang diuraikan oleh teori ekonomi borjuis sebagai satu hal yang tidak manusiawi. Demikian pula Marx mengritik para ideolog yang menerima dan membenarkan realitas ini. Namun dalam Capital, Marx tidak lagi mengritik masyarakat kapitalis semata berdasarkan basis kriteria humanistik eksternal, melainkan mengritik teori ekonomi borjuis karena tidak memiliki pemahaman ilmiah yang memadai tentang ekonomi kapitalis dan, menjelaskan bagaimana realitas ekonomi kapitalis mengandung kontradiksi di dalam dirinya yang mendorong sistem ekonomi kapitalis itu ke dalam krisis. Dan, sekalipun pada tahun 1884 Marx telah menerima perlunya penyelesaian komunistik terhadap pertentangan-pertentangan dalam masyarakat kapitalis, kenyataannya ia mengritik tendensi komunis masa itu, yang diwakili Blanqui dan Cabet, dengan argumen bahwa politik mereka itu didasarkan pada keserakahan dan iri hati yang ditimbulkan kapitalisme itu sendiri, padahal mereka harus keluar dari dari dorongan-dorongan `egois' ini. Tak lama setelah itu, Marx menerima bahwa perjuangan kelas yang `egois' adalah kekuatan penggerak sejarah dan yang akan mengarahkannya pada komunisme, dan ia mengritik Cabet dan Blanqui karena alasan-alasan yang agak lebih berbeda. Naskah-naskah 1884 tentu saja mempengaruhi perhatian Marx di masa sesudahnya, dan tulisan-tulisan itu jelas mengandung pemahaman-pemahaman penting Marx yang kelak akan digabungkan ke dalam teorinya tentang materialisme historis.
Namun naskah itu kurang begitu menandakan lahirnya teori-teori baru, melainkan lebih merupakan posisi sandar terakhir Marx dalam dunia ideologi Jerman, begitulah istilah yang kemudian disebut Marx sendiri, yaitu suatu usaha keras yang hanya berlangsung singkat untuk menggabungkan realitas ekonomi politik dan komunisme ke dalam humanisme filosofis Ludwig Feuerbach.
Notes
1) Karl Marx, `Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of Right: Introduction' dalam Early Writings, Allen Lane/Penguin Books, dalam persiapan.
2) Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh Marian Evans (George Eliot), London, 1854.
3) Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh George Eliot, London, 1853.
4) `On the Difference between the Democritian and Epicurian Philosophies of Nature', MEW Ergänzungsband (Volume Tambahan) I.
5) `Comments on the Last Prusian Cencorship Instruction', dalam L.D. Easton dan K.H. Guddat, Writings of the Young Marx on Philosophy and Society, Doubley, New York, 1867.
6) Surat Marx pada Oppenheim, 25 Agustus 1842, MEW 27, h.410.
7) Moses Hess pada saat itu sangat dipengaruhi oleh pemikiran Fourier, seorang sosialis utopian, dan tak lama kemudian menjadi pendiri `sosialisme murni' Jerman. Belakangan Hess menjadi anggota Liga Komunis, kendati tidak pernah menerima pemikiran Marx dan Engels
tentang Komunisme Ilmiah.
8) Easton and Guddat, op.cit., h.134-5. Pierre Leroux adalah penganut Saint-Simon, dan Victor Considérant adalah seorang Fourierist.
9) Rhine sebagai salah satu dari delapan propinsi monarki Prusia, memiliki parlemennya sendiri. Meskipun begitu, Diet (parlemen) ini didominasi oleh aristokrasi, dan tak lebih dari kekuasaan penasehat semata.
10) Lihat, `The Defence of Moselle Corespondent: Economic Distress and Freedom of the Press', diringkaskan dalam Easton and Guddat, op.cit., aslinya dalam bahasa Jerman, dalam MEW 1.
11) Lihat penjelasan ringkas dan satu-satunya dari Marx tentang perkembangan intelektualnya sendiri dalam `Preface to A Contribution to the Critique of Political Economy', MESW, h. 181-5.
12) Meskipun begitu, Arnold Ruge tidak sepakat dengan Marx sampai sejauh komunisme. Pada tahun 1848, ia duduk sebagai perwakilan Partai Radikal Demokrat dalam Dewan Frankfurt dan terakhir menjadi seorang Nasional Liberal.
13) `Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of RightIntroduction' dalam Early Writings. Ini adalah terjemahan dari `arms of critic' dan `critic of arms' _yang dimaksudkannya untuk membedakan orang-orang yang menggunakan kritik sebagai senjata, dan orang-orang yang membawa kritik langsung ke lapangan, menjadikan gerakan perlawanan sebagai bentuk kritik yang tertinggi.

0 komentar:

Posting Komentar

Nia Andriani Elf

Buat Lencana Anda

Label

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Recent News

 

Haedanghwa24 Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template